- Pengertian Novel
- unsur intrinsik
- Tema, merupakan pokok pikiran yang berfungsi menjadi dasar cerita.
- Alur (plot), merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi berdasarkan urutan waktu kejadian. Tahap alur meliputi pengenalan, penampilan masalah, pemunculan konflik, puncak ketegangan (klimaks), peleraian (antiklimaks), dan penyelesaian (konklusi).
- Tokoh (perwatakan), merupakan sifat dasar atau budi pekerti tokoh.
- Latar, merupakan situasi dan kondisi saat cerita berlangsung, berupa waktu, tempat, serta suasana dan keadaan sosial.
- Sudut pandang, merupakan cara pengarang menceritakan tokoh.
- Diksi (pilihan kata), merupakan kata-kata yang digunakan untuk menceritakan kisah secara utuh.
- Amanat, merupakan pesan yang disampaikan lewat nilai-nilai yang terkandung dalam cerita.
- Struktur Novel:
- Abstrak, merupakan bagian ringkasan isi cerita yang biasanya bisa ditemukan pada bagian awal cerita.
- Orientasi, merupakan bagian penjelasan mengenai latar waktu dan suasana terjadinya cerita, terkadang juga berupa pembahasan penokohan/perwatakan.
- Komplikasi, merupakan urutan kejadian yang dihubungkan oleh sebab-akibat, di mana setiap peristiwa terjadi karena adanya sebab dan mengakibatkan munculnya peristiwa lain.
- Evaluasi, merupakan bagian di mana konflik yang terjadi pada tahap komplikasi terarah menuju suatu titik tertentu.
- Resolusi, merupakan bagian yang memunculkan solusi atas konflik yang terjadi.
- Koda, merupakan bagian akhir atau penutup cerita.
- kaidah kebahasaan dalam novel, antara lain sebagai berikut.
- Susunan Paragraf Bebas Novel sebagai bagian dari prosa memiliki susunan paragraf yang bebas. Kalimat-kalimatnya dirangkai dalam bentuk yang tidak terbatas oleh aturan sepeti puisi. Rangkaian kalimatnya tidak harus diwujudkan sebagai bait-bait atau baris-baris sajak.
- Ragam Bahasa Idiolek Tata bahasa dalam setiap novel berbeda antara satu dengan lainnya. Hal itu disebabkan ragam bahasa idiolek yang dimiliki satu novel tidak sama dengan novel lainnya. Idiolek menyebabkan tata bahasa maupun pilihan kata dalam suatu novel bersifat perseorangan. Sifat perseorangan tersebut timbul karena adanya ciri khas dari pribadi penulis.
- Tata Kalimat Lentur dan Padu Kalimat dalam novel disusun secara fleksibel. Satu novel dapat disusun hanya dari kalimat tidak langsung, seperti monolog. Suatu novel juga bisa disusun dari gabungan kalimat tidak langsung dan kalimat langsung. Pada umumnya, novel terdiri atas kalimat tidak langsung sekaligus kalimat langsung. Setiap kalimat selalu berhubungan dengan kalimat lain sehingga menciptakan kepaduan cerita.
- Penyesuaian Gaya Bahasa Gaya bahasa yang dipakai dalam novel menyesuaikan dengan tema. Gaya bahasa untuk novel anak berbeda dengan novel remaja, gaya bahasa novel sejarah berbeda dengan novel komedi. Penyesuaian tersebut berguna untuk membangun latar dan penokohan.
- Penggunaan Kata Tidak Baku Dalam novel, diperbolehkan menggunakan kata tidak baku. Misalnya, dalam kalimat tidak langsung yang mengandung ragam bahasa lisan atau bahasa percakapan.
- Penulisan Sesuai EYD Meskipun diperbolehkan menggunakan kata tidak baku, tetapi dalam hal penulisan, tata kalimat dalam novel harus sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Misalnya, dalam pemakaian huruf kapital, huruf miring, tanda baca, kutipan, dan sebagainya.
- Kosakata Denotatif dan Konotatif Novel terdiri atas kosakata yang bermakna denotasi dan konotasi. Kosakata denotatif digunakan untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Kosakata konotatif untuk menggambarkan kiasan atas suatu keadaan demi menciptakan kesan keindahan. Karena itu, di dalam novel sering dijumpai ungkapan (idiom), majas, dan peribahasa.
- Langkah-Langkah Menulis Novel
1.
Mencari ide
Langkah pertama dan
utama adalah mencari ide. Banyak yang bingung bagaimana cara menghadirkan ide
untuk novel kita padahal ide bisa datang darimana saja tanpa kita duga.
Kuncinya hanya satu, kita peka terhadap sekeliling kita. Mulailah dari
lingkungan terdekat kita. Hal ini bisa dari teman, kedaan sekolah, berita TV,
peristiwa perjalanan, atau imajinasi dari lagu tertentu.
Ide akan mengantarkan
kita pada genre novel apa yang akan kita buat. Genre novel berdasarkan tipenya
adalah romance, science fiction, horor,thriller, misteri, komedi, dan
inspirasi.
2.
Tentukan unsur-unsur
instrinsik
Menentukan unsur-unsur
intrinsik bisa dengan cara membuat tabel atau skema.
yakni, tema, setting,
tokoh, orientasi, komplikasi, evaluasi, Resolusi, Koda.
3.
Observasi untuk
menunjang unsur dan struktur novel kita
Observasi bisa dilakukan
dengan cara membaca, melihat film dokumenter, atau mengunjungi tempat-tempat
yang akan kita jadikan setting novel kita. Hal yang penting lainnya adalah
mendokumentasikan segala hal yang akan memberikan inspirasi saat ita menulis
novel kita. Misalnya, kalian memotret pantai yang akan dijadikan salah satu
setting dalam novel kalian. Dengan adanya foto itu, kalian akan lebih mudah
mendeskripsikannya dalm kata-kata.
4.
Mulailah menulis
Inilah langkah paling
inti dalam menulis novel. Mulailah segera menulis. Menulis novel membutuhkan
tekad yang kuat. Jadi, mulailah menulis secepat mungkin di saat ide datang.
5.
Minta seseorang menjadi
pengawal tulisan kalian
Mintalah seseorang
menjadi pembaca pertama bab demi bab tulisan kalian. Hal ini akan memberi
kalian semangat untuk terus menyelesaikan novel kalian.
6.
Suntinglah saat novel
sudah selesai sebagai novel yang utuh
Jangan menyunting ketika
novel belum selesai. Hal ini bisa menjadikan semangat kalian kendur, apalagi
jika hasil suntingannya membuat novel kalian seperti tidak bagus sama sekali.
Suntinglah novel ketika sudah jadi.
7.
Perbaiki hasil suntingan
dan publikasikan
Hal terakhir ini akan
memberikan banyak manfaat, terutama untuk meningkatkan kemampuan menulis
kalian. Jangan takut diberikan kritik atau saran dari orang lain. Hal itu akan
membuat kalian menjadi semakin mahir menulis.
- Contoh Teks Novel:
Baru kali ini Mahar
menjadi penata artistik karnaval, inilah peristiwa besar yang sangat penting,
karnaval 17 Agustus. Sebenarnya guru-guru kami agak pesimis karena alasan
klasik, yaitu biaya. Kami demikian miskin sehingga tak pernah punya cukup dana
untuk membuat karnaval yang representatif. Para guru juga malu karena parade
kami kumuh dan itu-itu saja. Namun, ada sedikit harapan tahun ini. Harapan itu
adalah Mahar.
Karnaval 17 Agustus potensial untuk meningkatkan gengsi sekolah, sebab
ada penilaian serius di sana. Ada kategori busana terbaik, kendaraan hias
terbaik, parade paling megah, peserta paling serasi, dan yang paling bergengsi:
penampil seni terbaik. Gengsi ini juga tak terlepas dari integritas juri yang
dipimpin seniman senior kondang, Mbah Suro namanya. Mbah Suro adalah orang
Jawa, seniman Yogyakarta yang hijrah ke Belitong karena idealisme
berkeseniannya. Karena sangat idealis maka tentu saja Mbah Suro juga sangat
melarat.
Seperti telah diduga siapapun, seluruh kategori—mulai dari juara pertama
sampai juara harapan ketiga—selalu diborong sekolah PN. Kadang-kadang sekolah
negeri mendapat satu dua sisa juara harapan. Sekolah kampung tak pernah
mendapat penghargaan apapun karena memang tampil sangat apa adanya. Tak lebih
dari penggembira.
Sekolah-sekolah negeri mampu menyewa pakaian adat lengkap sehingga tampil
memesona. Sekolah-sekolah PN lebih keren lagi. Parade mereka berlapis-lapis,
paling panjang, dan selalu berada di posisi paling strategis. Barisan terdepan
adalah puluhan sepeda keranjang baru yang dihias berwarna-warni. Bukan hanya
sepedanya, pengendaranya pun dihias dengan pakaian lucu. Lonceng sepeda
dibunyikan dengan keras bersama-sama, sungguh semarak.
Tapi kami tak gentar. Situasi moril kami sedang tinggi. Melihat
kepemimpinan, kepiawaian, dan gaya Mahar kepercayaan diri kami meletup-letup.
Ia tampil laksana event organizer atau seniman, atau mereka yang menyangka
dirinya seniman. Kami mengerahkan seluruh sumber daya civitas akademika
Muhammadiyah. Latihan kami semakin serius dan yang sering membuat kesalahan
adalah Kucai. Meskipun dia ketua kelas tapi di panggung sandiwara ini Maharlah
yang berkuasa.
Mahar mencoba menjelaskan maksudnya dengan berbagai cara. Kadang-kadang
ia terperinci seperti buku resep masakan, dan lebih sering merasa frustasi.
Namun, kami sangat patuh pada setiap perintahnya walaupun kadang-kadang tidak
masuk akal. Tapi ini seni, Bung, tak ada hubungannya dengan logika.
(Dikutip dari novel
Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, Bab 18
Cetakan ke-26, November
2008; Yogyakarta: PT Bentang Pustaka)
Struktur teks berdasarkan kutipan novel di atas adalah sebagai berikut.
- Abstrak, paragraf pertama menggambarkan ringkasan cerita yaitu permasalahan mengenai biaya karnaval 17 Agustus kemungkinan akan terpecahkan dengan kehadiran Mahar.
- Orientasi, paragraf kedua menggambarkan bagaimana bergengsinya suasana karnaval 17 Agustus dan karakter/penokohan Mbah Suro sebagai juri.
- Komplikasi, paragraf ketiga menggambarkan konflik yang terjadi, mulai dari juara yang selalu diborong sekolah PN sehingga menyebabkan sekolah-sekolah lain terlihat hanya sebagai penggembira.
- Evaluasi, paragraf keempat memperlihatkan bagaimana sekolah PN dan sekolah-sekolah lain menunjukkan aksinya di setiap karnaval sehingga memperlihatkan kesenjangan sosial yang begitu kentara.
- Resolusi, paragraf kelima memperlihatkan bagaimana Mahar dan teman-temannya mampu mengatasi rasa mider atas kesenjangan yang ada.
- Koda, paragraf keenam memperlihatkan penutupan cerita.
4 komentar
Click here for komentargk jelas bang ini saya butuh ny orientasi yg beneran bukan opini lu bang
Replygk ush nge sok deh lu. udh jagoan bang ? emg lu bisa bikin ? sotoy
Reply:-bd
Reply8===D
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon