Teks Editorial Kelas 12

           Teks editorial merupakan teks yang berisi pendapat pribadi seseorang terhadap suatu isu/masalah aktual. Isu tersebut meliputi masalah politik, sosial atau pun masalah ekonomi yang memiliki hubungan secara signifikan dengan politik.

Sebuah teks editorial atau opini memang didominasi oleh pendapat berupa sudut pandang penulis terhadap suatu permasalahan, tetapi penulis pun harus menyampaikan fakta yang terdapat di lapangan mengenai hal tersebut. Berbeda dengan berita yang justru harus berisi fakta dan bebas dari opini penulisnya.
      
Struktur Teks Editorial

Teks editorial atau opini memiliki struktur sebagai berikut.
1. Pernyataan pendapat (thesis statement)
Pernyataan pendapat atau disebut juga tesis merupakan begian yang mengemukakan topik yang akan disampaikan. Biasanya terdapat pada awal paragraf sebagai pembuka pembahasan.
2. Argumentasi (arguments)
Pada bagian ini, penulis menyampaikan fakta yang terjadi di lapangan dan mengomentari fakta tersebut berdasarkan sudut pandangnya. Tujuan argumentasi adalah untuk memengaruhi dan meyakinkan pembaca. Penulis ingin agar segala sesuatu yang disampaikannya dibenarkan oleh pembaca sehingga pembaca pun mengikutinya. Argumentasi biasanya terdiri atas beberapa paragraf.
3. Pernyataan ulang pendapat (reiteration)
Bagian ini merupakan penutup opini yang berisi penegasan kembali tesis dan argumentasi agar pembaca semakin yakin

Kaidah Kebahasaan

Kaidah-kaidah dalam teks editorial adalah sebagai berikut.
1. Terdapat kalimat utama dalam setiap paragraf. Dalam setiap paragraf selalu ada kalimat utama. Kalimat utama adalah kalimat yang mewakili gagasan utama. Contoh pada teks berjudul Perekonomian Indonesia Memprihatinkan pada paragraf satu, Saat ini kondisi perekonomian Indonesia sedang masa memprihatinkan.
2. Menggunakan adverbial frekuensi. Adverbia frekuensi adalah kata keterangan yang menunjukkan intensitas kegiatan, seperti sering, kadang-kadang, jarang, dan kerap. Contoh, Hal ini tentu seringkali membuat pusing masyarakat.
3. Menggunakan konjungsi yang digunakan untuk menata argumentasi. Konjungsi ini menunjukkan urutan dari sebuah peristiwa, seperti pertama, kedua, kemudian, dan berikutnya. Contohnya, kemudian, tak lama setelah itu, imbas dari kenaikan BBM mulai terasa.
4. Menggunakan konjungsi untuk memperkuat argumentasi. Konjungsi ini menunjukkan tambahan argumen dari argumen sebelumnya, seperti bahkan, juga, selain itu, dan lagi pula, dan justru. Contohnya, Selain itu, cabai dan bawang pun ikut-ikutan naik.
5. Menggunakan konjungsi yang menyatakan harapan. Konjungsi ini terdiri dua bagian kalimat. Kalimat yang pertama berisi pernyataan sedangkan kalimat kedua berisi tujuan atau harapan. Contohnya, Pemerintah mencari strategi-strategi jitu untuk mengatasi masalah ekonomi agar ekonomi Indonesai tidak semakin parah.
6. Menggunakan kata kerja material, relasional, dan mental. 
• Kata kerja material adalah kata kerja yang menunjukkan perbuatan fisik atau peristiwa, seperti berlari, atau mencuci. Contohnya, Akibat kebijakan tersebut, masyarakat harus membeli BBM lebih mahal. 
• Kata kerja relasional adalah kata kerja yang mengandung pengertian A adalah B. Kata kerja ini biasanya digunakan untuk menjabarkan sebuah definisi. Contohnya, Ironi memang, Indonesia adalah negara agraris, dan dahulu terkenal dengan swasembada beras, justru bermasalah dengan harga beras. Selain itu, adapula kata kerja relasional atributif. Kata kerja relasional atributif adalah kata kerja yang menyatakan milik. A memiliki B, contoh Budi memiliki tiga buah mobil. 
• Kata kerja mental adalah kata kerja ini terdiri atas kata kerja yang menerangkan persepsi, afeksi, kognisi. Kata kerja persepsi adalah kata kerja yang berkaitan dengan pancaindera, contoh melihat, mendengar, mencium. Contohnya, Pemerintah harus melihat kondisi ekonomi masyarakat Indonesia secara real. Sedangkan kata kerja afeksi adalah kata kerja yang berkaitan dengan perasaan psikologis seseorang,seperti marah, sedih, khawatir, dan senang. Contohnya, masyarakat Indonesia khawatir dengan kondisi perekonomian Indonesia saat ini. Selain itu, ada pula kata kerja kognisi. Kata kerja kognisi adalah kata kerja yang berkaitan dengan proses memahami sesuatu, seperti berpikir, mengerti, dan memahami. Contohnya, Saya memahami bahwa kondisi perekonomian Indonesia saat ini dipengaruhi oleh merosotnya nilai tukar rupiah.

7. Kaya akan kosakata. Dalam teks editorial/opini biasanya banyak dijumpai kata-kata yang jarang digunakan dalam keseharian, seperti dianalogikan, subsidi, imbas, dan kewirausahaan.

Tujuan Teks Editorial/Opini

  • Mengajak pembaca untuk ikut berpikir dalam masalah (isu/topik) yang sedang hangat terjadi di kehidupan sekitar.
  • Memberikan pandangan kepada pembaca terhadap isu yang sedang berkembang.



Langkah - Langkah Membuat Teks Editorial

  Adapun langkah-langkah menulis teks editorial dapat dilakukan dengan cara memilih (selecting), mengumpulkan (collecting), mengaitkan (connecting), dan memperbaiki (correcting) yang dijelaskan sebagai berikut ini. 
1. Memilih topik 
Pemilihan topik menjadi langkah pertama dalam penulisan teks editorial. Pemilihan topik berkaitan dengan isu yang akan menjadi dasar penulisan editorial. Isu yang akan diangkat perlu dipertimbangkan dan hal ini sesuai dengan kebijakan kita sebagai penulis dan pihak redaksi media. Selain itu, pilihlah isu dengan topik yang menarik minat baca masyarakat dan berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas seperti tentang kekeringan yang dialami oleh berbagai daerah di Indonesia, kenaikan harga BBM, pembentukan kabinet dalam pemerintahan, dan sebagainya. 
2. Mengumpulkan data 
Opini yang ditulis dalam editorial perlu disertai dengan data pendukung berupa fakta yang berkaitan dengan isu yang ditulis dalam editorial. Data pendukung tersebut dapat menjadi penguat opini dan memberikan penilaian yang objektif terhadap editorial yang kita tulis. Jadi, isi tulisan tidak hanya sekadar opini saja. Selain itu, teori dan pendapat ahli pun perlu dipaparkan agar pendapat yang kita tulis lebih berbobot. 
3. Mengaitkan bagian-bagian editorial dan mengembangkannya 
Penyusunan editorial dapat dirembukkan dengan anggota redaksi. Rembukan tersebut perlu dilakukan agar dapat menghubungkan antara isu atau topik yang ditulis dengan sikap media. Tidak hanya isu yang perlu disepakati bersama tetapi juga detail dan contoh yang akan diungkapkan dalam editorial tersebut. Setelah itu, diskusikan pula tentang opini yang akan disampaikan dan solusi yang akan diberikan dalam editorial. Lalu, kembangkanlah teks editorial dengan memperhatikan hal-hal yang sudah didiskusikan tersebut. 
4. Memperbaiki isi teks editorial termasuk isi dan kaidah kebahasaannya
Perbaikilah secara menyeluruh hasil tulisan yang telah ditulis. Editorial tersebut harus berisi kejelasan dan disampaikan dengan akurat serta tidak menyerang pihak lain. Selain itu, penyampaian opini dalam editorial tidak terkesan mengajari kepada pembaca. 
Paragraf disusun dengan menggunakan kalimat yang efektif dan kata-kata yang lugas. Penggunaan contoh dan ilustrasi akan sangat bermanfaat. Apalagi jika tulisan disertai dengan kutipan yang memiliki nilai untuk menguatkan opini yang akan ditulis dan hal yang penting adalah menyampaikan opini dengan jujur dan akurat.

Contoh:


PENGGUSURAN LAHAN SALAH SIAPA?

(1)Banjir yang selalu melanda Ibu Kota Jakarta sudah tidak bisa ditoleransi dan dimaklumi. Harus ada solusi yang cepat dan tepat untuk mengatasinya sebelum Jakarta benar-benar tenggelam. Salah satu solusi yang diusung Pemkot DKI Jakarta adalah program normalisasi sungai. Program tersebut berupa pengosongan lahan di sekitar sungai-sungai yang ada di Jakarta. Pengosongan lahan pun akan berimbas pada seluruh warga yang tinggal di permukiman sekitar sungai. Dengan demikian, akan banyak relokasi yang dilakukan Pemkot DKI. Namun, relokasi ke rusunawa ternyata bukanlah kabar gembira bagi warga sekitar bantaran sungai sebab itu artinya mereka harus menata kembali hidup mereka dari awal sehingga tidak sedikit warga yang melakukan aksi menolak penggusuran.
       (2)Masih segar dalam ingatan kita semua tragedi Kampung Pulo pada 20 Agustus 2015 kemarin. Tiga hari setelah rakyat Indonesia merayakan kemerdekaan yang ke-70 ternyata menjadi momen mengerikan bagi warga Kampung Pulo. Mereka harus bersitegang dengan petugas yang hendak menggusur permukiman mereka. Bahkan, bentrokan fisik yang memakan korban luka pun tak terelakan dalam kejadian nahas itu. Hal ini sebenarnya membuat saya dilema sekaligus kesal karena dalang dari semua keributan ini bukanlah pemerintah bukan juga rakyat di sekitar bantaran Sungai Ciliwung. Lalu siapakah yang sebenarnya salah?
       (3)Jika kita telusuri, akar permasalahan ini adalah pihak yang mengizinkan orang-orang untuk membuat perkemahan di bantaran sungai. Menurut masyarakat sekitar, mereka telah membayar uang sewa kepada sejumlah oknum. Entah kita harus menyebut mereka apa? Entah preman, entah yang lainnya. Yang pasti mereka itulah yang mengaku bahwa daerah tersebut, yang berplang milik pemerintah, merupakan wilayah kekuasaannya sehingga mereka yang ingin membuat bangunan harus meminta izin dan menyerahkan sejumlah uang untuk dapat memiliki lahan di tempat tersebut.
       (4)Sayangnya, oknum tersebut tidak pernah muncul setiap pemerintah melakukan penggusuran. Mereka (oknum) tidak pernah bertanggung jawab, dan mereka pun tidak pernah ditindak tegas oleh pemerintah bahkan aparat keamanan. Keberadaannya hanya muncul ketika hendak menerima keuntungan, sedangkan selanjutnya mereka tak mau menanggung kerugian yang diterima warga bantaran sungai.
       (5)Dengan demikian, jelaslah siapa otak yang seharusnya digusur dan dibasmi. Para oknum tak bertanggung jawab yang mengaku sebagai penguasa, sebab rakyat bantaran sungai tentu tidak akan mendirikan bangunan jika tidak ada yang memberi izin sebab mereka pasti mengerti maksud plang yang dipasang di sepanjang bantaran sungai. Pemerintah pun tidak akan melakukan penggusuran jika tidak ada bangunan yang didirikan di pinggir sungai yang menyebabkan penyempitan area sungai sehingga banjir selalu menimpa Jakarta yang notabene ibu kota negara. Jika normalisasi sungai tidak dilakukan, seluruh penduduk Jakartalah yang rugi. Oleh karena itu, marilah kita sama-sama pahami maksud pemerintah yang hendak merelokasi semua penghuni bantaran ke rusunawa yang pemerintah siapkan. Tujuannya tiada lain agar tidak ada pihak yang kembali dirugikan.

       (6)Banjir yang selalu melanda Ibu Kota Jakarta sudah tidak bisa ditoleransi dan dimaklumi. Begitu pun pihak-pihak yang mendatangkan orang-orang yang menyebabkan kebanjiran tersebut harus ditindak tegas oleh seluruh aparat.

Struktur:
Pernyataan Pendapat/tesis : Paragraf 1
Argumentasi : Paragraf 2 sampai 5
Pernyataan Ulang pendapat : Paragraf 6
Previous
Next Post »
Thanks for your comment